Dirut MRT Jakarta William Sabandar (IDN Times/Shemi)
Kenapa tetap diperlukan pendapatan non-tiket dan diharapkan pendapatan non-tiket lebih besar? Jawabannya biar ada pemasukkan lebih untuk membiayai fasilitas atau layanan yang akan membuat MRT Jakarta makin kece.
"Kalau you bikin penumpangnya puas, orangnya ini, dia mungkn beli tiket 10 ribu tapi dia beli makanan, dia menikmati ini, jadi dia bisa spend lebih banyak di situ. Justru dengan kenikmatan yang diberikan oleh layanan MRT, pendapatan non-fare box-nya akan datang," kata William.
"Jadi non-fare box ini yang harus dipacu. Supaya non-fare box banyak, layanannya harus premium. Karena, kalau layanan gak premium, orang beli naming right gak akan sebesar sekarang , orang beli advertisment gak akan sebesar sekarang," imbuh William.
Untuk kamu ketahui, pendapatan non-farebox ini mencakup naming rights atau hak penamaan stasiun sebesar 33 persen, telekomunikasi sebesar 2 persen, retail dan UMKM 1 persen dan periklanan 55 persen.