Ilustrasi telemarketing. (Pixabay/Tumisu)
Cold calling kerap memicu beragam respons, mulai dari telepon yang langsung ditutup hingga penolakan secara verbal. Berdasarkan laporan LinkedIn pada 2020, sekitar 69 persen prospek tercatat menerima panggilan dari tenaga penjual baru dalam setahun terakhir, dan 82 persen di antaranya bersedia melanjutkan ke tahap pertemuan.
Namun demikian, laporan tersebut juga menunjukkan rata-rata diperlukan sekitar 18 kali panggilan untuk dapat terhubung dengan calon pembeli. Di sisi lain, sebagian besar penjual disebut berhenti mencoba setelah empat kali panggilan, sehingga tidak mencapai kesepakatan.
Seiring waktu, popularitas cold calling dilaporkan menurun akibat berkembangnya metode pemasaran lain, seperti email, pesan singkat, dan pemasaran media sosial melalui platform seperti Facebook dan X. Metode-metode tersebut dinilai lebih efisien dalam menjaring prospek baru.