Ilustrasi pelaku UMKM. ANTARA FOTO/Ampelsa
UMKM harus menjadi salah satu sektor yang diperhatikan pemerintah. Sebab, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah pada akhir 2016 lalu, UMKM menyumbangkan 60,34 persen Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut meningkat jika dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 57,84 persen.
Kemudian, bila dibagi menurut jenis usaha, industri kuliner menempati urutan pertama dengan 32,5 persen. Berikutnya adalah industri fashion sebesar 28,3 persen, lalu diikuti oleh industri kerajinan sebesar 14,4 persen. Artinya, ketiga jenis usaha tak hanya menjadi favorit pemilik UMKM dan memiliki pasar yang besar, tapi juga berperan sangat signifikan dalam meningkatkan perekonomian.
Maka sudah sepantasnya UMKM mengadaptasi beragam hal yang penting agar mampu memanfaatkan era Industri 4.0 dengan baik. Gati Wibawaningsih, Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian, mengatakan pihaknya melakukan pemberdayaan 3,7 juta UMKM menuju e-commerce.
Gati menyebut ini dilakukan melalui pendanaan teknologi serta penerapan insentif investasi teknologi di mana pemerintah memberikan subsidi untuk adopsi teknologi dan pendanaan bagi pelaku usaha. "Kita mau tahun 2030 Indonesia jadi salah satu negara yang punya industri sangat maju. Tapi produsen harus difasilitasi. Kalau tidak, barangnya dari mana? Impor. Jangan jualin barang-barang impor saja, tapi juga produksi sendiri," ucapnya.
Pemerintah sendiri menargetkan pada 2020 harus ada delapan juta UMKM yang memiliki kehadiran online. Ini juga untuk memenuhi ambisi Joko "Jokowi" Widodo yang ingin pertumbuhan ekonomi mencapai tujuh persen pada 2019. Sementara itu, saat ini baru ada sekitar empat juta UMKM yang go-online.