Jakarta, IDN Times - Eks karyawan PT Merpati Nusantara Airlines yang tergabung dalam dobrak Merpati berharap dapat bertemu dengan Menteri BUMN Erick Thohir untuk menjelaskan terkait adanya penyimpangan program di Merpati sehingga merugikan pihak tertentu.
"Selama ini kan Pak Erick Thohir gak tau ada penyimpangan yang terjadi luar biasa, yang terzalimi kan kita-kita akhirnya," katanya kepada IDN Times, Senin (22/6).
Dia bercerita akar permasalahan Merpati terjadi pada tahun 2008, kala itu Pemerintah menunjuk PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) melakukan tugasnya untuk melakukan restrukturisasi Merpati, dengan membuat senario untuk menyelamatkan Merpati, dengan paket solusi penggantian Direksi dan pinjaman dana Rp300 Miliar dengan 2 program yang ditawarkan yakni melakukan PHK terhadap 1.300 karyawan Merpati, dengan alasan karyawan terlalu banyak, tidak seimbang dengan jumlah alat produksi.
"Nyatanya alat produksi Merpati terus berkurang, sehingga membuat perbandingan dengan jumlah pegawai menjadi tidak seimbang, seharusnya alat produksi yang ditambah, bukan pegawai yang dikurangi, tetapi program ini harus atau wajib dijalankan oleh Direksi baru," ujarnya.
Lalu memindahkan kantor pusat ke Makassar, dengan alasan mendekati pasar Indonesia Timur. Dia mengatakan, Merpati sempat menyewa kantor di dekat bandara, dan merenovasi kantor tetapi karena dana sudah habis untuk program PHK lanjut dia, akhirnya kantor terbengkalai, tidak jadi pindah, yang dilakukan hanya legalitas formal pindah di atas kertas saja.