Ilustrasi. unsplash.com/Kon Karampelas
Dalam wawancara dengan Fox News pada akhir pekan lalu, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengklaim pemerintah Amerika Serikat menemukan bukti bahwa TikTok termasuk salah satu aplikasi yang memberikan data secara langsung kepada Partai Komunis di Tiongkok.
Karena itu, lanjutnya, pemerintah akan mengambil langkah-langkah dengan mempertimbangkan serangkaian risiko keamanan nasional secara luas yang ditimbulkan oleh perangkat lunak yang terhubung ke Partai Komunis tersebut.
The Washington Post juga pernah mempublikasikan berita pada September tahun lalu mengenai penyensoran konten yang dinilai sensitif oleh TikTok.
Menurut para peneliti, TikTok di Tiongkok tetap tersandera oleh ide rezim berkuasa tentang konten yang layak dan penyensorannya, dan mereka mengarah ke bagaimana Partai Komunis menggunakannya sebagai alat propaganda untuk audiens muda.
Berdasarkan riset, ditemukan bahwa jumlah unggahan dengan tagar #antielab yang sangat populer dipakai para demonstran pro-demokrasi Hong Kong di TikTok hanya sebanyak 11.
Sementara di Instagram, tagar yang sama terdapat dalam lebih dari 34.000 unggahan. Kemudian, pencarian tagar #HongKongProtests dan #HongKongProtestors menghasilkan nol unggahan.
Kepada Bloomberg, juru bicara ByteDance pun membantah berbagai tudingan yang dilayangkan kepada perusahaannya.
"Kami tak pernah menyediakan data pengguna kepada pemerintah Tiongkok, kami tidak akan melakukannya juga jika diminta," kata dia.