Pengumuman itu muncul ketika sebagian besar ekonomi Myanmar dilumpuhkan oleh protes dan pemogokan sejak tentara merebut kekuasaan pada 1 Februari. Badan pemeringkat kredit internasional Fitch Solutions memperkirakan ekonomi akan berkontraksi sebesar 20 persen tahun ini.
United Nations Development Programme (UNDP) juga telah mewanti-wanti dalam laporan yang dirilis pada Jumat (30/4/2021) bahwa setengah dari populasi atau sekitar 25 juta warga Myanmar, akan jatuh miskin pada 2022 akibat pandemik COVID-19 dan krisis politik usai kudeta.
“COVID-19 dan krisis politik yang berlangsung menambah guncangan dan mendorong mereka yang paling rentan semakin (terperangkap) dalam kemiskinan. Pencapaian satu dekade transisi demokrasi, betapa pun tidak sempurnanya, akan terhapus dalam hitungan bulan,” kata Asisten Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Direktur Regional UNDP untuk Asia dan Pasifik, Kanni Wignaraja, kepada Reuters.