Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Angelina Nibennia Zega

Jakarta, IDN Times - Badan Pusat Statistik mencatatkan, neraca perdagangan defisit hingga US$2,5 miliar, angka ini lebih besar dibanding dengan defisit pada periode yang sama di tahun lalu. Defisit ini merupakan yang terbesar sejak neraca dagang pernah mengalami defisit terbesarnya pada Juli 2013, dengan nilai US$2,32 miliar.

Defisit neraca perdagangan disebabkan turunnya nilai ekspor dan impor per April tahun ini. BPS juga mencatatkan, nilai ekspor April US$12,6 miliar atau turun 13,1 persen secara year on year, sedangkan impor mencapai US$15,10 miliar atau turun 6,58 persen.

Hal ini juga turut memengaruhi investasi asing di Indonesia. Sebelum kondisi defisit neraca perdagangan investor asing membukukan jual bersih senilai Rp12,3 miliar di pasar. Pascadirilisnya angka neraca perdatangan, nilai jual bersih mencapai tiga kali lipatnya menjadi Rp37,9 miliar.

Apa saja yang perlu dilakukan untuk menggenjot ekspor sehingga berdampak positif terhadap neraca perdagangan sekaligus sentimen bagi investor asing?

1. Industri manufaktur harus terus digenjot untuk mendorong investasi

IDN Times/Angelina Nibennia Zega

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan melemahnya kinerja ekspor banyak disebabkan oleh faktor fundamental dari dalam negeri. Misalnya, relatif lemahnya daya saing ekspor untuk produk manufaktur. Hal itu menyebabkan Indonesia lebih banyak mengandalkan ekspor komoditas atau bahan baku, yang nilai tambahnya rendah dan lebih rentan terhadap perubahan harga di pasar internasional.

Menurutnya, pemerintah harus terus membenahi industri manufaktur di Tanah Air dan meperbaiki iklim usaha manufaktur. Itu akan mendorong masuknya investasi ke industri manufaktur khususnya yang berorientasi pada ekspor.

2. Pemerintah dapat melakukan diverfikasi produk ke pasar tradisional

Editorial Team

Tonton lebih seru di