Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Bendera Jerman (freepik.com/pvproductions)
Ilustrasi Bendera Jerman (freepik.com/pvproductions)

Intinya sih...

  • Uni Eropa subsidi proyek GeZero di Geseke sebesar 191 juta euro untuk mengurangi emisi karbon.

  • Pemangkasan anggaran pemerintah Jerman hambat investasi teknologi bersih, menyebabkan penundaan subsidi dan keputusan legislatif.

Jakarta, IDN Times - Sektor industri Jerman menghadapi tantangan besar setelah pemerintah memotong anggaran untuk proyek teknologi bersih. Kebijakan ini berdampak langsung pada pelaksanaan proyek penangkapan karbon berskala besar di pabrik semen Geseke, Nordrhein-Westfalen.

Pada Agustus 2023, Heidelberg Materials AG sebagai pengelola pabrik telah mendapatkan subsidi Uni Eropa untuk memulai proyek ramah lingkungan yang ditargetkan mengurangi emisi karbon sebanyak 700 ribu ton per tahun. Namun, perusahaan belum dapat menetapkan waktu pelaksanaan menyusul ketidakpastian pendanaan dari pemerintah Jerman.

1. Pendanaan Uni Eropa dan target ambisius di Geseke

Uni Eropa mengumumkan pemberian dana sebesar 191 juta euro (Rp3,6 triliun) pada Desember 2023, untuk mendukung proyek penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di pabrik semen Geseke. Proyek bernama GeZero ini menargetkan pengoperasian fasilitas penuh pada 2029, dengan membangun tanur oxyfuel generasi terbaru dan fasilitas pengangkutan CO₂ melalui kereta api.

“Proyek GeZero akan menjadi pelopor dekarbonisasi sektor semen daratan Jerman,” ujar Menteri Ekonomi negara bagian Nordrhein-Westfalen, Mona Neubaur, saat pengumuman pendanaan.

Berdasarkan rencana, CO₂ hasil tangkapan akan diangkut menggunakan rel menuju hub Wintershall Dea di Wilhelmshaven, lalu dikirimkan ke penyimpanan bawah laut di Laut Utara. Heidelberg Materials menyatakan penggunaan energi terbarukan dan biomassa juga diintegrasikan agar pabrik semakin berkontribusi pada target netral karbon Eropa.

2. Pemangkasan anggaran pemerintah Jerman ganggu investasi industri

Asosiasi Industri Energi Jerman (BDEW) menyoroti pemangkasan drastis anggaran dekarbonisasi industri, pada Juni 2025. Pemerintah memangkas anggaran eksplisit untuk transisi industri dari 24,5 miliar euro (Rp469,3 triliun) menjadi kurang dari 2 miliar euro (Rp38,3 triliun) untuk jangka menengah.

“Langkah ini mengirim sinyal yang salah dan mengancam investasi pada teknologi industri bersih,” kata Kerstin Andreae, Ketua BDEW, menanggapi pengesahan rancangan anggaran baru pemerintah.

Pada Maret 2025, dikonfirmasi pula bahwa putaran kedua subsidi ‘climate contract’ yang difokuskan pada teknologi penangkapan karbon seperti GeZero, kini tertunda karena perubahan pemerintahan serta belum adanya legislasi penunjang Carbon Capture and Storage (CCS) di Jerman.

“Sebanyak 130 perusahaan sudah menunjukkan minat, namun implementasi kebijakan baru menunggu keputusan kabinet berikutnya,” menurut siaran resmi Kementerian Ekonomi Jerman, dilansir Clean Energy Wire.

3. Keberhasilan di Norwegia berbanding terbalik dengan situasi Jerman

Heidelberg Materials berhasil meresmikan fasilitas CCS pertama berskala industri di dunia untuk sektor semen, berlokasi di Brevik, Norwegia. Proyek Brevik CCS berhasil menangkap 400 ribu ton CO₂ per tahun, setara 50 persen emisi pabrik, dan menjadi acuan solusi teknologi hijau industri semen global.

“Proyek ini adalah tonggak sejarah yang nyata, hasil kolaborasi erat antara pemerintah dan pelaku industri,” ujar Menteri Energi Norwegia, Terje Aasland saat peresmian.

Keberhasilan di Norwegia justru menjadi kontras dengan stagnasi proyek Geseke di Jerman. Heidelberg Materials menegaskan, pengalaman di Brevik akan dijadikan model penerapan teknologi CCS di negara lain. Namun di Jerman, eksekusi proyek serupa masih tertahan oleh ketidakjelasan kebijakan dan pembiayaan nasional.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team