IDN Times / Auriga Agustina
Diberitakan sebelumnya, Sri Mulyani memproyeksikan total belanja pemerintah dalam setahun membengkak menjadi Rp2.613,8 triliun untuk penanganan COVID-19. Angka ini naik drastis dari proyeksi awal Rp2.540,4 triliun.
Besarnya belanja pemerintah ini disumbangkan dari defisit APBN yang naik 5,07 persen sebesar Rp853 triliun.
Bengkaknya proyeksi anggaran belanja ini berbanding terbalik dengan penerimaan negara yang diproyeksi merosot menjadi Rp1.760 triliun dari yang sebelumnya Rp2.233,2 triliun.
Penurunan ini terjadi karena ada pelambatan aktivitas ekonomi, penurunan harga minyak dan komoditas, serta insentif perpajakan yang diberikan untuk dunia usaha. Seperti PPh 21, 22, dan 25 serta percepatan restitusi ekonomi.
Untuk penanganan COVID-19, pemerintah telah menganggarkan Rp405,1 triliun. Rincian anggaran itu yakni Rp75 triliun untuk bidang kesehatan, Rp110 triliun untuk social safety net, Rp70,1 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus KUR, serta Rp150 triliun dialokasikan untuk pembiayaan program pemulihan ekonomi nasional.