Dilansir dari Washington Post, beberapa survei menemukan fakta bahwa pengusaha atau pemberi kerja lebih banyak menginginkan pekerja yang tidak perlu mereka latih. Perusahaan lebih fokus mencari kandidat yang memiliki keterampilan daripada melihat potensinya saat perekrutan.
Menurut Peter Cappeli, profesor di The Wharton School, pada 1979, pekerja muda mendapatkan pelatihan rata-rata 2.5 minggu dalam satu tahun. Sedangkan pada tahun 1995, hanya di bawah 11 jam yang mereka terima. Adapun topik pelatihan yang paling umum diberikan adalah tentang keselamatan kerja, bukan membangun keterampilan baru.
Fakta di atas seakan menunjukkan bahwa perusahan tidak banyak berinvestasi dalam melatih pekerjanya. Dimana pada gilirannya, hal ini akan menurunkan kinerja diantara pekerja dan membuat mereka pergi dengan sendirinya.
Pemimpin yang berpikiran maju, biasanya terbuka untuk memproduksi keterampilan dari anggota timnya, tidak hanya mengkonsumsinya saja. Menyediakan pengalaman belajar formal maupun informal tentang pengembangan diri dan memberikan penghargaan atau umpan balik atas apa yang telah dicapai adalah upaya yang bisa dilakukan.