IDN Times/Maya Aulia Aprilianti
Sementara dalam pembukuan kinerja keuangan 2023, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan pendapatan lain-lain bersih sebesar 344,79 juta dolar AS yang dikontribusikan salah satunya dari penerapan pembalikan penurunan nilai aset non-keuangan (reversal impairment asset) dengan nilai sebesar 198 juta dolar AS. Adapun penurunan nilai aset disebabkan oleh proses restrukturisasi utang perusahaan.
Selain penerapan pembalikan penurunan nilai aset non-keuangan, dalam hal pembukuan laba buku juga turut mencatat keuntungan atas penarikan kembali obligasi senilai 63,88 juta dolar AS yang dilaksanakan pada bulan Desember 2023 lalu melalui pembelian kembali sebagian Obligasi Baru 2022, di mana selisih nilai tercatat dan jumlah yang dibayarkan dibukukan sebagai keuntungan pembelian kembali obligasi.
“Aksi korporasi pembelian kembali sebagian obligasi tersebut menjadi salah satu proses pemenuhan kewajiban restrukturisasi, di mana dalam hal ini para pemegang Surat Utang dan Sukuk mayoritas merupakan para kreditur Garuda yang mengikuti tahapan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU),” ucap Irfan.
Dengan segala proses restrukturisasi, Garuda berhasil menurunkan nilai utang hingga 50 persen, dari 10,9 miliar dolar AS atau setara Rp173,4 triliun, menjadi 4,79 miliar dolar AS atau setara Rp76,2 triliun.
Hingga saat ini perusahaan terus melakukan pemenuhan kewajiban pembayaran utang melalui sejumlah skema, di antaranya:
- Melakukan pelunasan bertahap melalui arus kas operasional.
- Melakukan konversi utang menjadi Ekuitas Baru, Surat Utang Baru, Tagihan Utang Lokal dan Sukuk Baru.
- Melakukan konversi utang jangka Panjang untuk kreditur Bank, BUMN dan Anak Perusahaan.
- Melakukan Pelunasan Sebagian Surat Utang Baru dan Sukuk Baru melalui Tender Offer.
"Proses pemulihan yang sedang berlangsung ini membutuhkan waktu tidak sebentar di tengah adanya berbagai tantangan di masa mendatang yang perlu dihadapi secara strategis,” ucap Irfan.