ilustrasi pengangguran (unsplash.com/@Matthew_Osborn)
Pengangguran friksional bisa disebabkan oleh banyak hal. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Lamanya proses rekrutmen
Beberapa perusahaan biasanya memiliki proses rekrutmen yang belum tertata dengan baik, tidak fleksibel, atau memang karena pendaftarnya sangat banyak. Alhasil, proses rekrutmen memakan waktu yang sangat lama.
Umumnya, proses rekrutmen menghabiskan waktu sekitar dua minggu. Jika lebih dari itu, maka pelamar akan menunggu lebih lama lagi.
Contohnya, Sebastian mendaftar di suatu perusahaan dan sudah lolos tahap administrasi dan wawancara. Ia dikabarkan bahwa akan diberitahu keputusan lolos atau tidaknya dua minggu setelah wawancara.
Lalu, selama dua minggu itu, Sebastian juga mendapat tawaran kerja dari perusahaan lain. Namun karena ia sudah mengincar perusahaan sebelumnya, ia pun menolak tawaran tersebut.
Ternyata setelah dua minggu, ia dikabarkan bahwa ia tidak lolos sebagai karyawan. Hal itu membuat ia harus lebih lama lagi menganggur dan mencari pekerjaan lain.
2. Kurangnya informasi tentang lowongan kerja
Sedikitnya informasi tentang lowongan kerja juga menjadi penyebab banyaknya pengangguran friksional. Meskipun faktor ini kurang relevan di zaman sekarang karena kemudahan akses internet, sehingga memudahkan kita untuk mengakses segala informasi.
Namun, tetap ada masyarakat yang masih kesulitan mengakses informasi, khususnya lowongan pekerjaan. Contohnya seseorang yang baru lulus dari sebuah universitas dan ingin bekerja di kampung halamannya yang masih terpencil.
Tujuannya biasanya supaya tidak jauh dari orang tua. Namun, daerah yang masih terpencil kadang masih sulit secara akses internet dan lowongan kerjanya pun masih sedikit.
3. Berambisi mengejar pekerjaan impian
Tidak sedikit orang yang memiliki perusahaan atau pekerjaan yang diidam-idamkan, bahkan sejak masih sekolah atau kuliah. Biasanya hal ini bisa menjadi salah satu alasan seseorang menjadi pengangguran friksional jika tidak disertai kemampuan dan usaha yang dimiliki.
Contohnya, Aldi sejak masih berkuliah sudah memiliki keinginan ketika lulus nanti ingin bekerja di perusahaan A. Namun, perusahaan tersebut hanya membuka satu kali rekrutmen dalam setahun, yaitu pada akhir tahun. Aldi yang lulus pada awal tahun terpaksa harus menunggu sampai akhir tahun untuk mengikuti rekrutmen di perusahaan impiannya tersebut.
4. Masih ingin bersantai setelah lulus
Sebagian mahasiswa yang baru lulus dari universitas biasanya ingin bersantai-santai dulu sebagai cara untuk refreshing dari penatnya mengerjakan skripsi dan aktivitas kuliah lainnya. Oleh karena itu, ia menunda untuk langsung mencari kerja atau melanjutkan kuliah lagi.
Biasanya orang-orang yang memutuskan untuk bersantai dulu belum terlalu memiliki urgensi untuk mendapat pekerjaan dengan segera. Mungkin didukung oleh kemampuan finansial dirinya atau keluarganya.
5. Faktor keluarga
Faktor keluarga juga bisa memengaruhi seseorang dalam melanjutkan karier. Tidak jarang ada keluarga yang ingin selalu mendikte anaknya, termasuk dalam memilih pekerjaan.
Contohnya, Gofar memiliki keluarga yang hampir semuanya adalah PNS. Alhasil, ia didorong oleh orang tuanya untuk menjadi PNS. Namun, sebenarnya ia tidak terlalu minat menjadi PNS. Akibatnya, ketika disuruh untuk mengikuti tes CPNS, Gofar tidak bersungguh-sungguh dalam belajar. Ia pun tidak lolos dan melewati masa menganggur.
6. Mengalami PHK
Salah satu faktor yang juga menyebabkan pengangguran friksional adalah karyawan yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari kantornya dan belum mendapatkan gantinya.
Apalagi belakangan gelombang PHK banyak terjadi di perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, seperti Ruangguru, Shopee, dan sebagainya. Alasan PHK bisa beragam, tapi yang paling umum adalah karena perusahaan ingin memangkas pengeluaran dan merampingkan struktur organisasi.
7. Trauma dengan kondisi kantor sebelumnya
Seorang karyawan mengundurkan diri dari perusahaannya bisa karena beragam alasan. Salah satunya biasanya karena tidak nyaman dengan lingkungan atau budaya pekerjaan yang tidak sehat.
Karyawan yang lama bekerja di lingkungan yang tidak sehat tentu bisa muak dan stres, bahkan ketika sudah keluar dari perusahaan itu sekalipun. Oleh sebab itu, biasanya seseorang akan memulihkan traumanya terlebih dulu sebelum kembali mencari pekerjaan.