Ilustrasi e-commerce (IDN Times/Arief Rahmat)
Mengutip data AppsFlyer, Luthfi menjelaskan bahwa konsumer di Indonesia menghabiskan uang lebih banyak pada periode liburan dan seiring dengan periode akhir tahun 2021 yang semakin dekat, di mana kampanye iklan menjadi krusial untuk para marketer agar mereka dapat mengikuti tren promosi hari belanja nasional (seperti 10.10, 11.11, dan 12.12).
Laporan AppsFlyer menyoroti bahwa proses remarketing aplikasi di iOS mengalami peningkatan yang tajam di Indonesia yang didominasi Android, bahkan setelah Apple memperkenalkan ketentuan privasi baru yang menonaktifkan pengidentifikasi untuk pengiklan (IDFA-Identifier For Advertisers).
Disamping itu, konversi remarketing iOS di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 98 persen dari April ke Juli 2021, sedangkan konversi remarketing Android mengalami penurunan sebesar 4,4 persen. Hal ini bertolak belakang dengan angka global yang menunjukan penurunan sebesar 22,4 persen pada konversi remarketing iOS, dan peningkatan 8,2 persen pada Android di periode yang sama.
“Angka ini menunjukan peluang bagi para marketer e-commerce di Indonesia untuk memanfaatkan konversi remarketing untuk iOS sebagai strategi utama untuk menarik pembelian berulang dari para pengguna,” jelas laporan tersebut.
Marketer di Indonesia juga disebut sudah dapat mendeteksi fraud lebih baik. Meskipun Laporan AppsFlyer menemukan bahwa aplikasi e-commerce terpapar dengan 58 juta dolar AS (setara dengan 824 miliar rupiah) dari kuartal keempat 2020 hingga kuartal pertama 2021, Indonesia menyaksikan penurunan tingkat fraud sebesar hampir 80 persen dari tahun-ke-tahun, jika membandingkan Januari 2020 dengan Januari 2021.
“Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh peningkatan solusi anti-fraud, peningkatan kewaspadaan, dan juga meningkatnya kesadaran akan bahaya dari fraud aplikasi mobile di wilayah ini,” jelas laporan tersebut.