Ilustrasi kilang minyak Pertamina (Dok. Pertamina)
Pada April lalu dalam rapat secara online bersama Komisi VII DPR RI, Nicke mengatakan profit perusahannya turun hingga 51 persen akibat wabah virus corona. Penurunan itu merupakan skenario sangat berat dengan asumsi harga Indonesian crude price (ICP) US$31 per barel dan nilai tukar Rp20.000 terhadap dolar.
"Itu dengan asumsi yang sudah ditetapkan pemerintah. Bahkan untuk cash flow lebih berat lagi karena kita banyak berikan fasilitas kredit ke pelanggan karena semua pihak kesulitan cash flow, jadi berikan keringanan ke prime customer," kata Nicke.
Nicke menjabarkan, untuk skenario sangat berat tersebut, maka revenue Pertamina akan turun 44,66 persen dari Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP). Atau menurun 39,38 persen dari pertumbuhan year on year 2019-2020.
Secara rinci, berdasarkan potensial penurunan dari RKAP, sektor hulu Pertamina akan turun 59,19 persen, sektor hilir turun 45,85 persen, subholding gas turun 14,33 persen dan finance & service sub turun 47,01 persen.