Jakarta, IDN Times - Belakangan ini masyarakat diramaikan dengan kabar maraknya investasi bodong robot trading. Salah satu perusahaan robot trading bernama viral blast, baru-baru ini dilaporkan telah merugikan 12 ribu membernya senilai Rp1,2 triliun.
Viral Blast memiliki skema ponzi atau membayarkan keuntungan kepada investor dari uang mereka sendiri atau uang yang dibayarkan oleh investor berikutnya, bukan dari keuntungan yang diperoleh oleh individu atau organisasi yang menjalankan operasi ini.
Ketua Satgas Waspada Investasi (SWI) Tongam L Tobing mengatakan robot trading berbeda dengan robo advisor yang banyak digunakan perusahan-perusahan efek atau manajer invetasi untuk memandu nasabahnya.
Sebagai informasi, robo Advisor adalah teknologi yang dapat membantu merancang portofolio investasi yang optimal berdasarkan umur, profil risiko dan tujuan hidup kamu secara otomatis.
Baik robot trading maupun robo advisor punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Keduanya jelas memiliki fungsi yang berbeda. Apa itu? Berikut ulasannya.