Tiga komoditas lain asal Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang juga dilepas ekspornya bersama vanili adalah buah cengkeh kering, gula merah serbuk, dan buah salak segar.
"Adapun besaran volume dan nilai untuk masing-masing komoditas tersebut adalah sebagai berikut: cengkeh dengan volume 10 ton senilai Rp 1,192 miliar, gula kelapa serbuk dengan volume 10 ton senilai Rp335 juta serta buah salak segar dengan volume 7,8 ton senilai Rp136,5 juta,"ucapnya.
Ina menambahkan negara tujuan ekspor untuk komoditas tersebut adalah Belanda, Arab Saudi, India, Kuwait, USA, Uni Emirat Arab untuk cengkeh. Untuk volume ekspor pada 2018 berfluktuasi dengan volume tertinggi pada Desember sebanyak 214,7 ton senilai Rp24, 842 miliar.
Gula merah serbuk diekspor ke negara USA, Bulgaria, Belgia, Estonia, Afrika selatan dan Kanada dengan volume ekspor pada 2018 berfluktuasi dengan volume tertinggi pada Agustus sebanyak 168,6 ton senilai Rp5,648 miliar.
Dari data yang dikompilasi oleh Karantina Yogya dapat dilihat bahwa tren ekspor beberapa komoditas unggulan meningkat dari tahun ke tahun khususnya untuk komoditas kayu lapis, buah salak, cengkeh, gula merah, getah damar, rotan dan kayu olahan.
"Hal ini merupakan sesuatu yang menggembirakan sekaligus tantangan ke depan untuk mempertahankan bahkan meningkatkan ekspor, tidak hanya pada komoditas unggulan tetapi juga komoditas potensial lainnya," ujarnya.
Sementara untuk buah salak yang merupakan buah eksotis unggulan dari Kabupaten Sleman menjadi komoditas ekspor yang telah dikawal oleh Karantina Yogyakarta sejak 2010. Layanan cepat berupa in-line inspection menjadikan komoditas yang akan diekspor dapat dilakukan pemeriksaan karantina di lokasi pemilik sehingga mempercepat proses bisnisnya.
Negara tujuan ekspornya adalah Kamboja, China, Thailand, Malaysia dan USA. Pada 2018 eksporpun berfluktuasi dengan volume tertinggi pada Desember sebanyak 108,4 ton dan meningkat lagi pada Januari 2019 sebanyak 118,7 ton dengan nilai mencapai Rp2,08 miliar.