Polemik Mahalnya Harga Tiket Pesawat dan Kebijakan Setengah Hati

Jakarta, IDN Times - Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Perekonomian beberapa waktu lalu mengeluarkan kebijakan penurunan harga tiket pesawat sebesar 50 persen dari tarif batas atas (TBA) untuk penerbangan low cost carrier (LCC) domestik.
Kebijakan itu diambil usai rakor lanjutan tentang Evaluasi Kebijakan Penurunan Tiket Angkutan Udara, di kantor Menko Perekonomian, Senin (8/7/2019) bersama sejumlah pihak seperti Garuda Indonesia Group, Lion Air Group, AirNav, Angkasa Pura I, dan Angkasa Pura II.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono mengatakan pemerintah akan menyiapkan 30 persen dari alokasi seat dari total kapasitas pesawat. “Kami tegas kan pemerintah tetap berkomitmen menyediakan penerbangan murah pada Selasa, Kamis, Sabtu pukul 10-14 LCC domestik untuk tipe pesawat jet,” kata Susiwijono.
Susiwijono menyebut ada 208 penerbangan dan 11.626 kursi pesawat murah yang disediakan oleh Citilink dan Lion Air Group untuk penerbangan domestik dan mulai berlaku pada 11 Juli lalu dan hanya berlaku pada Selasa, Kamis, Sabtu pukul 10.00-14.00 WIB. Berbagai kritik muncul dari berbagai pihak, bahkan sebelum kebijakan ini diberlakukan, muncul kritikan mahalnya harga tiket pesawat.
1. Kebijakan setengah hati
Pengamat Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menyebut kebijakan ini sebagai kebijakan setengah hati. Karena, menurut Bhima, jika pemerintah benar-benar berniat menurunkan harga tiket pesawat, seharusnya pemotongan harga dilakukan tanpa ketentuan-ketentuan seperti hari dan jam tertentu saja.
“Kelihatanya hanya Indonesia yang punya regulasi seperti ini. Harusnya yang namanya pricing regulation itu berlaku secara umum dan menyeluruh bukan di jam tertentu dan selektif ke maskapai tertentu,” katanya.
Bhima menilai ketidakterlibatan AirAsia dianggap hanya kebijakan bagi-bagi diskon saja. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut harga tiket pesawat AirAsia yang sudah murah membuat pemerintah tidak akan mengenakan lagi diskon 50 bagi maskapai asal Malaysia ini.
“Dia memang klaimnya tidak sebanyak Citilink maupun Lion. Tapi dia itu sudah di bawah 50 persen. Jadi gak ada gunanya diikutkan dia,” ucap Darmin.