Tambang PT Vale Indonesia Tbk (Vale) di Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. (dok. PT Vale)
Dikutip dari situs web resmi perusahaan, Vale Indonesia beroperasi dalam naungan Kontrak Karya yang telah diamandemen pada 17 Oktober 2014 dan berlaku hingga 28 Desember 2025. Mereka memperoleh konsesi seluas 118.017 hektare, tersebar di Sulawesi Selatan 70.566 hektare, Sulawesi Tengah 22.699 hektare, dan Sulawesi Tenggara 24.752 hektare.
Kegiatan Vale Indonesia adalah menambang nikel laterit untuk menghasilkan produk akhir berupa nikel dalam matte. Mereka memproduksi nikel dengan rata-rata volume per tahun mencapai 75 ribu metrik ton.
"Dalam memproduksi nikel di Blok Sorowako, kami menggunakan teknologi pyrometalurgi (meleburkan bijih nikel laterit)," tulis perusahaan dikutip IDN Times.
Vale Indonesia pun melanjutkan rencana pembangunan pabrik pengolahan nikel serta fasilitas pendukungnya di Sambalagi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dan di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Perusahaan berencana membangun pabrik pengolahan di Bahodopi untuk memproses bijih saprolit dan menghasilkan feronikel yang merupakan bahan utama dalam pembuatan baja nirkarat.
Sedangkan di Pomalaa, proyek yang saat ini dikembangkan adalah untuk memproses bijih nikel limonit dengan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) untuk menghasilkan produk yang dapat diolah menjadi bahan utama baterai mobil listrik.