Salah satu korban penipuan cryptocurrency adalah guru sekolah bernama Julie Bushnell. Ia mengatakan kepada The Independent telah menjadi korban “penipuan giveaway” Musk.
Penipuan itu sendiri bermula ketika Bushnell masuk ke situs web menyerupai artikel dari BBC News. Artikel itu mengklaim bahwa Tesla, perusahaan mobil listrik Musk, berencana untuk memberikan setengah dari 1,5 miliar dolar AS kepemilikan Bitcoinnya.
Bushnell kemudian mengirim Bitcoin senilai 12.720 dolar AS, sebelum menyadari bahwa dia telah langsung mentransfer kriptonya itu ke dompet penipu.
Ini bukan pertama kalinya nama Musk dimanfaatkan oleh penipu. Pada 2020, penipu cryptocurrency menargetkan Twitter dan mengambil alih akun profil tinggi di situs jejaring sosial, termasuk akun Musk. Seperti yang dilaporkan CNBC sebelumnya, para penipu itu menghasilkan setidaknya 121 ribu dolar AS dalam Bitcoin dari upaya penipuan mereka.
Selain berpura-pura jadi Elon Musk, penipu cryptocurrency juga sering meniru otoritas pemerintah atau bisnis terkenal, seperti mengaku dari Administrasi Jaminan Sosial atau menyamar sebagai Coinbase, bursa cryptocurrency terkenal.
“Investor juga telah terpikat ke situs web palsu yang terlihat seperti peluang untuk berinvestasi atau menambang cryptocurrency,” menurut FTC.
Para penipu cryptocurrency itu biasanya menawarkan beberapa tingkatan investasi, menjanjikan pengembalian yang lebih besar jika lebih banyak uang yang dimasukkan. Situs semacam itu umumnya menggunakan testimonial palsu dan jargon cryptocurrency agar terlihat kredibel, dan tak jarang memberikan iming-iming keuntungan.
Selain itu, banyak juga yang menjadi korban “penipuan asmara” bertema cryptocurrency, kata FTC. Investor yang menjadi korban penipuan itu biasanya terlibat dalam hubungan jarak jauh, di mana pasangan baru mereka biasanya membahas hal terkait cryptocurrency dan menarik korban untuk mengirimkan sejumlah dana, tanpa sadar sedang ditipu.