Ilustrasi. PLN Indonesia Power (PLN IP) menambah Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Nusa Penida. (Dok/Humas PLN IP)
Tiko mengatakan, proyek transisi energi itu akan melibatkan pengusaha swasta, terutama dalam pembangkit listrik. Bahkan, nantinya EBT yang akan digunakan sebagian besar diproduksi oleh pembangkit listrik swasta alias Independent Power Producer (IPP), dengan porsi 60 persen.
Sementara, PLN melalui PLN Indonesia Power (IP), dan PLN Nusantara Power (NP) hanya akan memproduksi 40 persen listrik EBT.
“Tentunya 60 persen dengan IPP swasta, 40 persen dengan internal Genco, yaitu Indonesia Power dan Nusantara Power,” kata Tiko.
Sementara itu, pemerintah akan fokus membangun sistem transmisi yang bisa mengalirkan listrik EBT dari luar Jawa ke Pulau Jawa.
“Kita ingin membagi tugas dengan pemerintah, di mana pemerintah yang investasi di transmisi,” ujar Tiko.
Tiko mengatakan, proyek transisi energi itu adalah cara mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca atau Nationally Determined Contribution (NDC) pada 2030, dan nol emisi karbon atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
“Nah ini kita sudah melakukan perubahan plan JETP (Just Energy Transition Partnership) kemarin, kita tajamkan. Dan kita harapkan plan yang sekarang ada lebih realistis,” ucap Tiko.