Jakarta, IDN Times – Ekonomi Tiongkok sedang menjadi sorotan. Ini dikarenakan tingkat utang nasional Tiongkok telah naik hampir empat kali lipat dari produk domestik bruto (PDB), sementara semakin banyak obligasi korporasi yang gagal bayar (default) dalam 18 bulan terakhir.
Namun, meskipun default terbaru mewakili sebagian kecil dari pasar obligasi Tiongkok yang senilai 13 triliun dolar Amerika Serikat (AS), beberapa kasus profil tinggi telah mengguncang investor. Apalagi selama ini ada persepsi umum yang tertanam bahwa pemerintah Tiongkok tidak akan membiarkan perusahaan yang didukung negara mengalami gagal bayar.
Salah satu kasus gagal bayar yang telah menakuti investor yaitu yang melibatkan Huarong Asset Management Co. Perusahaan gagal mencatat pendapatannya tepat waktu dan jumlah obligasi berdenominasi dolar AS-nya telah merosot.
Analis mengatakan kasus seperti ini menandakan bahwa ‘jaminan implisit’ negara berubah ketika pemerintah mencoba meningkatkan kualitas pasar obligasi dengan menyingkirkan perusahaan yang lebih lemah, dan memungkinkan beberapa diferensiasi terjadi dalam industri.
Ketika pertumbuhan Tiongkok melambat, pihak berwenang mencari keseimbangan yang lebih baik antara mempertahankan kontrol dan mengizinkan beberapa kekuatan yang didorong pasar ke dalam ekonomi untuk mempertahankan pertumbuhan dalam jangka panjang.
Pada paruh pertama tahun ini, jumlah total obligasi korporasi yang gagal bayar di Tiongkok berjumlah 62,59 miliar yuan atau 9,68 miliar dolar AS. Angka ini adalah yang terbesar untuk periode paruh pertama sejak 2014, menurut data dari Fitch Ratings.
Dari jumlah 62,59 miliar yuan itu, default oleh perusahaan milik negara berkontribusi lebih dari setengah jumlah itu, yakni sekitar 35,65 miliar yuan.
Untuk keseluruhan tahun 2020, default obligasi berjumlah 146,77 miliar yuan, peningkatan besar dari enam tahun lalu pada 2014, menurut Fitch. Pada 2014, default hanya mencapai 1,34 miliar yuan, dan tidak ada default oleh perusahaan milik negara, kata lembaga pemeringkat tersebut.
Di tengah banyaknya laporan gagal bayar oleh perusahaan milik negara ini, para ekonom mengatakan bahwa investor perlu untuk fokus pada tiga perkembangan penting, yaitu sebagai berikut: