Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra mengatakan, ada sejumlah faktor yang memengaruhi gerak rupiah hari ini. Pertama adalah kekhawatiran pasar soal krisis perbankan di Negara Paman Sam.
"Kali ini bank regional AS menjadi sorotan, di mana salah satu masalahnya yaitu terjadi penurunan deposit, menjadi salah satu pemicu penguatan dolar AS di mana dolar masih menjadi aset safe haven," tuturnya.
Pelaku pasar juga masih menantikan hasil negosiasi kenaikan batas utang AS. Diketahui bahwa AS terancam gagal bayar utang pada Juni mendatang apabila tidak ada langkah yang diambil oleh Kongres AS.
Penguatan dolar AS juga dipicu oleh isu perlambatan ekonomi China setelah data neraca perdagangan negara tersebut pada periode April menunjukan penurunan pertumbuhan ekspor dan impor, serta survei aktivitas manufaktur China periode April juga menunjukkan kontraksi.
Analis DCFX Futures, Lukman Leong juga menyampaikan hal serupa, di mana rupiah tertekan oleh penguatan dolar AS dan naiknya imbal hasil obligasi AS. Itu terjadi setelah data sentimen konsumen AS menunjukkan kenaikan pada ekspektasi inflasi jangka panjang.
Ditambah lagi, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh pernyataan hawkish dari pejabat bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) Bowman akan perlunya kenaikan suku bunga lebih lanjut dari the Fed.