Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)

Intinya sih...

  • Rupiah menguat 49,50 poin atau 0,29 persen dibandingkan penutupan perdagangan Rabu kemarin
  • Mayoritas mata uang Asia menguat terhadap dolar AS hingga pukul 15.20 WIB
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Rupiah berhasil bertahan menguat seharian. Mata uang Garuda ditutup pada level Rp16.823 per dolar AS pada perdagangan Kamis (10/4/202) sore.

Dilansir dari Bloomberg, laju rupiah menguat 49,50 poin atau 0,29 persen dibandingkan penutupan pada perdagangan Rabu (9/4) kemarin pada level Rp16.872 per dolar AS.

1. Mata uang di Asia kompak menguat

Di kawasan Asia, mayoritas mata uang menguat terhadap dolar AS hingga pukul 15.20 WIB. Mata uang Asia yang terapresiasi tersebut, yakni:

  • Ringgit Malaysia menguat 0,58 persen 
  • Yuan China menguat 0,03 persen 
  • Peso Filipina menguat 0,04 persen 
  • Won Korea menguat 0,58 persen 
  • Dolar Taiwan menguat 0,34 persen 
  • Dolar Singapura menguat 0,04 persen 
  • Yen Jepang menguat 1,02 persen 

2. Pelaku pasar masih khawatir atas kebijakan tarif Trump

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, rupiah masih berpotensi melemah ke depannya karena saat ini pelaku pasar masih khawatir atas dampak dari kebijakan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump. 

Di sisi lain, manuver politik dan ekonomi yang mengejutkan, Trump pada Rabu (9/5) waktu setempat mengumumkan penundaan sementara selama 90 hari atas tarif tinggi yang baru saja diberlakukannya terhadap puluhan negara, kecuali untuk China yang justru dinaikkan menjadi 125 persen. 

"Trump mulai memainkan strategi negosiasinya soal tarif. Untuk sementara waktu menurunkan tarif ke 10 persen untuk 90 negara," ujarnya. 

3. Kebijakan tarif Trump tambah ketidakpastian global

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menilai pasar keuangan global masih akan bergerak volatile sepanjang pekan ini, dipengaruhi oleh kekhawatiran atas kebijakan tarif baru Truump terhadap China.

Terlebih, negosiasi tarif antara kedua negara mengalami kegagalan telah meningkatkan risiko perlambatan ekonomi global. Kondisi itu juga mendorong ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga yang lebih agresif oleh Federal Reserve (the Fed) pada tahun ini.

Di sisi lain, pasar juga menantikan rilis data inflasi AS yang dijadwalkan pada pekan ini. Jika inflasi menunjukkan tanda-tanda penurunan, ekspektasi pelonggaran moneter yang lebih cepat oleh the Fed akan semakin menguat.

“Sebaliknya, inflasi yang tetap tinggi bisa membatasi ruang gerak the Fed, memperbesar ketidakpastian di pasar saham dan obligasi. Selain itu, rilis risalah FOMC juga menjadi fokus perhatian pasar minggu ini,” kata Andry. 

Editorial Team