Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi uang (Pixabay)
Ilustrasi uang (Pixabay)

Intinya sih...

  • Rupiah menguat 32 poin atau 0,19 persen dibandingkan penutupan sebelumnya
  • Mayoritas mata uang Asia menguat, termasuk Ringgit Malaysia, Rupee India, Peso Filipina, Won Korea, dan Dolar Taiwan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah di pasar spot kembali menguat pada awal perdagangan Rabu (5/3/2025).  Rupiah dibuka pada level Rp16.413 per dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 32 poin atau 0,19 persen dibandingkan dengan penutupan kemarin.

1. Daftar mata yang melemah

Di kawasan Asia, mayoritas pergerakan mata uang menguat, berikut rinciannya:

  • Ringgit Malaysia menguat 0,32 persen
  • Rupee India menguat 0,11 persen
  • Peso Filipina menguat 0,36 persen
  • Won Korea menguat 0,20 persen
  • Dolar Taiwan menguat 0,16 persen

2. Dolar AS lesu pagi ini

Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra mengatakan, indeks dolar AS pagi ini melemah di kisaran 105,6 atau berada di level yang belum pernah disentuh sejak awal Desember 2024.

"Tekanan terhadap dolar AS ini disebabkan oleh tarif impor baru untuk Kanada, Meksiko dan China sudah berlaku yang menimbulkan kekhawatiran terhadap pelambatan ekonomi di AS," ungkap Ariston.

3. Rupiah masih berpotensi melemah hari ini

Meskipun efek implementasi tarif baru tersebut menekan dolar AS, bukan berarti nilai tukar emerging market akan leluasa menguat terhadap dolar AS.

"Nilai tukar emerging market masih berpeluang melemah terhadap dolar AS karena status aset di emerging market  adalah aset berisiko," jelasnya.

Menurut dia, kenaikan tarif ini bisa menimbulkan perang dagang yang artinya bisa menyusutkan transaksi perdagangan global sehingga bisa mengganggu perekonomian negara-negara emerging markets.

"Hari ini ada potensi pelemahan rupiah terhadap dolar AS ke area Rp16.500 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp16.400 per dolar AS," tegasnya. 

Editorial Team