Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)

Intinya sih...

  • Rupiah ditutup pada level Rp16.270 per dolar AS, menguat 24,50 poin atau 0,15 persen dari hari sebelumnya.
  • Beberapa mata uang di Asia juga menguat terhadap dolar AS, antara lain Ringgit Malaysia, Bath Thailand, Peso Filipina, Won Korea, dan Dolar Taiwan.
  •  

Jakarta, IDN Times - Laju rupiah pada Kamis (13/6/2024) ditutup pada level Rp16.270 per dolar AS.

Berdasarkan Bloomberg rupiah menguat 24,50 poin atau 0,15 persen dibandingkan penutupan kemarin di level Rp16.294 per dolar AS.

1. Rupiah menguat tak sendirian

Selain rupiah, ada sejumlah mata uang di kawasan Asia kompak menguat terhadap dolar AS, di antaranya: 

  • Ringgit Malaysia menguat  0,22 persen
  • Bath Thailand menguat 0,05 persen
  • Peso Filipina menguat 0,01 persen
  • Won Korea menguat 0,16 persen
  • Dolar Taiwan menguat 0,07 persen

2. The Fed hanya akan pangkas suku bunga acuan sekali

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi langkah the Fed yang diperkirakan hanya memangkas suku bunga acuan AS sekali dengan besaran 25 basis poin.

"Ini lebih rendah dari perkiraan yang beredar di pasar yang dua kali di tahun ini. Sikap the Fed ini bisa mendorong penguatan dollar AS lagi terhadap nilai tukar lainnya," ujarnya. 

3. Indeks dolar AS melemah dipengaruhi The Fed

Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mengatakan indeks dolar AS yang melemah dipengaruhi oleh Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, yang mengatakan bank sentral sekarang hanya melihat kemungkinan satu kali penurunan suku bunga tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebanyak tiga kali.

"Beberapa pembuat kebijakan bahkan menyerukan agar tidak ada penurunan suku bunga tahun ini karena tingginya inflasi," tulis Ibrahim dalam risetnya, Kamis (13/6/2024).

The Fed juga menaikkan perkiraan inflasi pada 2024. Namun komentar the Fed didahului oleh inflasi indeks harga konsumen yang menunjukkan bahwa inflasi sedikit lebih rendah dari perkiraan pada Mei.

Angka tersebut memukul dolar dan menurunkan imbal hasil Treasury, karena para pedagang menerima narasi disinflasi.

Meski begitu, dolar stabil setelah komentar The Fed. Sebab, suku bunga yang lebih tinggi dan lebih panjang kemungkinan akan menguntungkan greenback.

Editorial Team