Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi rupiah melemah (IDN TImes/Aditya Pratama)
ilustrasi rupiah melemah (IDN TImes/Aditya Pratama)

Intinya sih...

  • Dolar AS terus menguat karena sinyal ketat The Fed

  • Krisis shutdown AS dan data tenaga kerja jadi fokus pasar

  • Proyeksi pergerakan rupiah untuk perdagangan besok berpotensi ditutup melemah

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar rupiah ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Rabu (5/11/2025). Pelemahan terjadi di tengah rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Berdasarkan data dari Bloomberg, rupiah berakhir di level Rp16.717 per dolar AS, melemah 9 poin atau 0,05 persen jika dibandingkan dengan posisi penutupan hari sebelumnya di level Rp16.708 per dolar AS.

Rupiah lesu di tengah rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2025. Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menyebutkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Indonesia tumbuh 5,04 persen secara tahunan (year-on-year) pada kuartal III-2025.

"Pertumbuhan ini menunjukkan laju ekonomi nasional tetap solid di tengah ketidakpastian global," kata Ibrahim.

1. Dolar AS terus menguat karena sinyal ketat The Fed

Ibrahim menjelaskan, dolar AS terus menguat sejak pekan lalu setelah Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) mengatakan, pemotongan suku bunga Desember belum pasti.

"Meskipun bank sentral (The Fed) memang memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Oktober, langkah tersebut telah diperhitungkan secara luas, dan tidak banyak menghambat penguatan dolar," ujarnya.

Saat ini, para investor memperkirakan peluang sebesar 69,8 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember, dan peluang sebesar 30,2 persen untuk mempertahankan suku bunga.

2. Krisis shutdown AS dan data tenaga kerja jadi fokus pasar

Ibrahim menambahkan, penutupan pemerintah federal AS (government shutdown) kini telah memasuki minggu keenam dan siap menjadi yang terpanjang dalam sejarah AS.

Upaya terbaru untuk memecahkan kebuntuan, dengan meloloskan undang-undang sementara yang didukung Partai Republik melalui Kongres, gagal di Senat untuk ke-14 kalinya pada hari Selasa.

"Fokus pasar hari ini adalah data penggajian swasta AS bulan Oktober untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut tentang prospek kebijakan moneter The Fed," katanya.

Perubahan Ketenagakerjaan Non-Pertanian ADP diperkirakan akan menunjukkan penambahan 25 ribu lapangan kerja, dibandingkan dengan penurunan 32 ribu pada pembacaan sebelumnya.

Data tersebut sangat penting karena memengaruhi keputusan The Fed terkait suku bunga.

3. Proyeksi pergerakan rupiah di perdagangan Kamis

Ibrahim memaparkan, pada perdagangan sore ini rupiah ditutup melemah 9 poin di level Rp16.717. Dia mencatat, pelemahan tersebut sedikit menipis, karena rupiah sebelumnya sempat tertekan hingga 20 poin.

Untuk perdagangan Kamis (6/11/2025), Ibrahim memperkirakan pergerakan mata uang rupiah akan cenderung fluktuatif, namun berpotensi ditutup melemah di rentang harga Rp16.710 hingga Rp16.760.

Editorial Team