Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, menilai bahwa rupiah masih berpeluang menguat terhadap dolar AS karena ekspektasi terhadap kebijakan bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) dan optimisme pasar terhadap perekonomian.
FedWatch Tool dari CME menunjukkan ekspektasi yang tinggi di pasar bahwa the Fed hanya akan menaikan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada rapat moneter mendatang, dari ekspektasi sebelumnya 50 basis poin.
"Ekspektasi kebijakan pengetatan yang lebih kendur ini mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya termasuk rupiah," ujarnya.
Selain itu, data survei aktivitas manufaktur di bulan Januari di kawasan Eropa menunjukkan penurunan, tapi tidak sedalam ekspektasi pasar. Sementara survei aktivitas sektor jasa masih menunjukkan pertumbuhan.
Menurut Ariston, perekonomian China yang kembali menggeliat juga mendorong optimisme ekonomi global akan bergerak positif.
"Dari dalam negeri, dihentikannya PPKM juga memberikan optimisme perekonomian dalam negri akan tumbuh seperti yang diharapkan. Optimisme ini memicu pasar masuk kembali ke aset-aset berisiko," tuturnya.