Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Seorang warga menunjukkan uang Rupiah kertas Tahun Emisi 2022 usai menukarkan di mobil kas keliling Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Gorontalo di Kota Gorontalo, Gorontalo, Jumat (19/8/2022). (ANTARA FOTO/Adiwinata Solihin)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah menunjukkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan, Senin (19/2/2024).

Berdasarkan data RTI, kurs rupiah menguat tipis 1 poin atau 0,01 persen ke Rp15.614 per dolar AS pada pembukaan perdagangan.

Setelah 40 menit awal perdagangan, kurs rupiah menguat 14 poin atau 0,09 persen ke Rp15.601. Kurs rupiah bergerak di rentang Rp15.601-15.634 hari ini.

1. Pelaku pasar optimistis Pemilu di Indonesia satu putaran

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra mengatakan pelaku pasar optimistis pada pergerakan pasar modal Indonesia, yang dipengaruhi sentimen positif bahwa Pemilu akan dilaksanakan satu putaran.

Sentimen positif itu juga diprediksi bisa menarik dana asing masuk ke pasar indonesia.

“Pemilu satu putaran memberikan sentimen positif ke pasar keuangan Indonesia yang terlihat pada pergerakan positif IHSG pascapemilu,” kata Ariston kepada IDN Times.

2. Ada potensi The Fed masih pertahankan suku bunga acuan yang bisa berdampak negatif pada rupiah

Namun, Ariston melihat faktor eksternal masih berpotensi menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Sebab, inflasi di AS masih belum turun ke target 2 persen. Kondisi itu bisa memicu Bank Sentral AS, Federal Reserve atau The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) di level tinggi.

“Hal Ini mendorong ekspektasi pasar bahwa The Fed akan menahan suku bunga acuannya lebih lama lagi,” ujar Ariston.

3. Rupiah diprediksi menguat hari ini

Meski begitu, melihat faktor internal dan eksternal tersebut, Ariston memprediksi rupiah masih akan menguat hari ini.

“Hari ini potensi penguatan rupiah ke arah Rp15.580 per dolar AS, sementara potensi pelemahan ke arah Rp16.650 per dolar AS,” tutur Ariston.

Editorial Team