Menurut pengamat pasar keuangan Ariston Tjendra, rupiah masih berada di bawah tekanan terhadap dolar AS. Analisisnya menyoroti beberapa faktor kunci yang mempengaruhi arah pergerakan mata uang tersebut.
Pekan ini, para pelaku pasar dengan cermat menantikan hasil rapat kebijakan moneter bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) AS. Pernyataan dari the Fed mengenai prospek pemangkasan suku bunga acuan tahun ini menjadi fokus utama.
Data terkini mengenai inflasi AS, khususnya Core PCE Price Index pada Maret, menunjukkan inflasi masih sulit turun ke target 2 persen. Hal itu membuat peluang untuk pemangkasan suku bunga semakin kecil, yang pada gilirannya menjaga kekuatan dolar AS.
“Inflasi AS sulit turun ke target 2 persen sehingga peluang untuk pemangkasan suku bunga semakin mengecil. Ini yang menjaga dolar AS tetap kuat,” ujarnya.