Jakarta, IDN Times - Krisis keuangan menjadi salah satu permasalahan ekonomi sejak kudeta terjadi di Myanmar. Ada banyak aspek yang bisa menjelaskannya, mulai dari pegawai keuangan dan pemerintahan yang ikut gerakan protes, sanksi ekonomi dari negara lain, aktivitas jual-beli masyarakat yang terhenti, hingga manajer bank sentral yang tidak kompeten.
Situasinya semakin buruk sebab beberapa hari belakangan, sebagaimana diberitakan Channel News Asia, fenomena rush money mulai terlihat di beberapa kota. Rush money adalah aktivitas penarikan uang tunai dari bank yang dilakukan secara serentak dan dalam jumlah besar karena kepanikan atau keresahan.
Fakta yang mengejutkan adalah masyarakat Myanmar harus mengantre sejak pukul 4 pagi agar bisa mengambil uang di bank, padahal bank baru beroperasi pada pukul 09.30 WIB. Sekitar 15-30 nasabah yang datang paling awal akan diberi token sebagai tanda antre.
Mereka juga bisa menarik uang dari mesin ATM, namun antrean mengular memaksa mereka harus berdiri selama berjam-jam untuk memperoleh giliran. Alternatif terakhir? Mereka bisa menarik uang dengan pergi ke broker pasar gelap, tapi mereka akan dikenakan biaya komisi tinggi.