Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dokumen termasuk dekrit yang mengakui dua wilayah memisahkan diri yang didukung Rusia di Ukraina timur sebagai entitas independen dalam sebuah upacara di Moskow, Rusia, Senin (22/2/2022). ANTARA FOTO/Sputnik/Alexey Nikolsky/Kremlin via REUTERS/aww/sad.
Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dokumen termasuk dekrit yang mengakui dua wilayah memisahkan diri yang didukung Rusia di Ukraina timur sebagai entitas independen dalam sebuah upacara di Moskow, Rusia, Senin (22/2/2022). ANTARA FOTO/Sputnik/Alexey Nikolsky/Kremlin via REUTERS/aww/sad.

Jakarta, IDN Times - Lembaga pengawas kompetisi Rusia mendenda Google Alphabet sebesar 2 miliar rubel atau senilai 34,2 juta dolar AS atau setara Rp513 miliar pada Selasa (26/7/2022) karena diduga menyalahgunakan posisi dominannya di pasar hosting video Rusia.

Keputusan Rusia mendenda jutaan dolar kepada Google Alphabet menjadi kampanye Moskow yang semakin tegas terhadap perusahaan teknologi asing.

1. Google Alphabet diduga salahgunakan eksistensinya di Rusia

ilustrasi logo alphabet (www.redmondpie.com)

Layanan Antimonopoli Federal atau Federal Antimonopoly Service (FAS) Rusia menyatakan Google Alphabet telah menyalahgunakan posisi dominannya di pasar layanan hosting video YouTube.

"Google harus membayar denda dalam waktu dua bulan sejak dimulainya sanksi," lapor FAS seperti dikutip dari Channel News Asia, pada Selasa (26/7/2022).

2. Rusia gencar terapkan denda kepada perusahaan asing

Presiden Rusia, Vladimir Putin, saat berpidato di hadapan seluruh senator Rusia pada tanggal 23 September 2020 lalu. (Twitter.com/KremlinRussia_E)

Rusia memang tengah gencar menampar anak perusahaan Google di Rusia dengan sejumlah denda dalam beberapa bulan terakhir. Pekan lalu, pengadilan bahkan memerintahkan Google untuk membayar 21,1 miliar rubel atau setara dengan 358,7 juta dolar AS. Denda itu atas aksi penolakan untuk menghapus konten yang dianggap ilegal oleh Rusia, seperti berita palsu tentang invasi Rusia ke Ukraina.

Sejak Moskow meluncurkan apa yang mereka sebut sebagai "operasi militer khusus" di Ukraina, Rusia juga mempercepat serangan terhadap perusahaan teknologi Barat di dalam negeri sebagai upaya untuk melakukan kontrol lebih besar atas dunia maya. Ini termasuk melalui dukungan kepada perusahaan domestik untuk menggulingkan saingan mereka yakni perusahaan dari negara-negara Barat.

3. Rusia promosikan Rutube ketimbang YouTube

Wikipedia/Rutube

Gazprom Media, konglomerat media yang berafiliasi dengan perusahaan raksasa di bidang energi yakni Gazprom bahkan telah banyak mempromosikan RuTube. Sebuah platform alternatif dari Rusia untuk menggantikan eksistensi YouTube.

YouTube yang juga telah memblokir layanan media didanai oleh pemerintah Rusia secara global juga berada di bawah tekanan berat dari regulator dan politisi di Rusia.

Google bahkan berhenti menjual iklan online di Rusia pada awal Maret lalu. Meskipun, sejumlah layanan gratis dari Google juga sampai saat ini masih bisa dinikmati oleh warga di negara Beruang Merah.

4. Google pelajari denda dari Rusia

solopos.com

Anak perusahaan Google di Rusia secara resmi mengajukan kebangkrutan setelah pihak berwenang menyita rekening bank perusahaan. Sehingga, perusahaan tidak mungkin untuk membayar gaji sejumlah staf dan vendor.

"Kami akan mempelajari teks keputusan resmi (dari pengadilan Rusia) untuk menentukan langkah kami selanjutnya," kata Google dalam sebuah pernyataan.

Editorial Team