ilustrasi regulasi (pexels.com/Markus Spiske)
Dalam negosiasi di Arab Saudi, Rusia kembali menyampaikan alasan mereka menarik diri dari perjanjian sebelumnya dan menekankan bahwa mereka membutuhkan kepastian yang lebih konkret.
“Kami membutuhkan jaminan yang sangat jelas, dapat diverifikasi, dan benar-benar berfungsi,” ujar Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam wawancara dengan Channel One, dikutip TASS, Kamis (27/3/2025).
Ia juga mengatakan bahwa Ukraina kerap berubah sikap setelah kesepakatan tercapai.
Moskow menekankan bahwa keputusan untuk mengaktifkan kembali perjanjian harus datang langsung dari Washington.
“Inisiatif Laut Hitam adalah topik utama dalam diskusi di Riyadh. Posisi kami sederhana: Kami tidak bisa mempercayai orang ini begitu saja,” kata perwakilan Rusia, merujuk pada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Selain itu, Lavrov mengungkapkan bahwa Rusia telah menyetujui semua permintaan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait kesepakatan ini. Namun, pada akhirnya, keputusan tetap berubah di menit-menit terakhir.
“Kami sudah mengatakan ‘ya,’ lalu Erdogan menelepon (Presiden Rusia Vladimir) Putin dan berkata, ‘Zelensky berubah pikiran',” ujarnya.
Sementara itu, Kremlin menekankan bahwa keselamatan navigasi bukanlah satu-satunya aspek yang dipertimbangkan dalam perjanjian ini.
“Ini terutama tentang keamanan navigasi, tetapi jika Anda ingat, dalam bentuk sebelumnya, ada banyak kewajiban kepada negara kami yang tak dipenuhi,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
Pembahasan mengenai kelanjutan Black Sea Grain Initiative masih berlangsung, sementara Rusia tetap menuntut kepastian agar semua komitmen yang telah disepakati benar-benar diwujudkan sebelum mereka bersedia kembali bergabung dalam kesepakatan ini.