Ilustrasi meteran listrik (Dok. PLN)
Untuk mengatasi hal tersebut, Darmawan memiliki tiga strategi utama yang akan dijalankan PLN. Pertama, mulai memperbanyak kendaraan listrik dan meningkatkan electrifiying lifestyle.
Penggunaan kendaraan listrik yang makin masif diyakini Darmawan bisa meningkatkan konsumsi listrik nasional. Selain itu, juga bisa meningkatkan efisiensi masyarakat dari sisi pengeluaran biaya energi.
Efisiensi tersebut digambarkan jika setiap 1 kwh listrik seharga Rp1.444,7 bisa menempuh 10 kilometer, maka hal itu sama dengan satu liter BBM seharga Rp9.000 dengan jarak tempuh yang sama.
"Ini jauh lebih hemat bagi masyarakat dan juga di satu sisi, langkah ini juga akan berdampak pada neraca perdagangan kita dengan mengurangi beban impor minyak mentah," ujar Darmawan.
Kedua, PLN juga semakin fokus menggiatkan program electriying agriculture dengan menyasar para petani dan petambak. Dengan program ini, PLN menggantikan alat operasional pertanian dan petambak ikan yang tadinya berbasis diesel menjadi berbasis listrik.
"Petani dan petambak jadi lebih hemat dan peralatan jauh lebih tidak bising dan bisa meningkatkan produktivitas petani dan petambak," kata Darmawan.
Ketiga, sambung dia PLN bakal menyasar captive market. Selama ini, masih banyak industri yang menggunakan pembangkit listrik sendiri. PLN menawarkan untuk industri beralih ke listrik PLN agar lebih efisien dalam sisi operasional.
"Dengan menyerahkan pasokan listrik ke PLN, industri bisa lebih fokus dalam mengoptimalkan produksi dan utilitasnya," ujar Darmawan.
Maka dari itu, PLN harus bekerja sama dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan agar program tersebut dapat berjalan dengan lancar. Lebih dari itu, langkah tersebut akan dikoordinasikan dan diharmonisasikan dengan kebijakan Kementerian sehingga dampak positifnya dapat dirasakan oleh industri dan masyarakat.
"Kami mohon dukungan, bimbingan, masukan, kerja sama, dan kolaborasi sehingga kehadiran PLN makin memberikan manfaat dan kebaikan bagi negeri," kata Darmawan.