Ilustrasi tambang batubara (unsplash.com/@dominik_photography)
Dikutip dari laman resminya, sejarah Adaro bermula dari krisis minyak dunia pada 1970-an, yang mendorong pemerintah Indonesia untuk merevisi kebijakan energi, mengalihkan fokus dari minyak dan gas ke batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi domestik.
Pada 1976, Departemen Pertambangan membagi wilayah Kalimantan Timur dan Selatan menjadi delapan blok batu bara dan membuka tender untuk pengelolaannya.
Blok 8 di Tanjung, Kalimantan Selatan, akhirnya dimenangkan oleh Enadimsa, sebuah perusahaan Spanyol, yang tertarik karena hasil survei sebelumnya menunjukkan adanya potensi batu bara di wilayah tersebut.
Nama Adaro dipilih oleh Enadimsa sebagai bentuk penghormatan kepada keluarga Adaro, tokoh bersejarah dalam industri pertambangan Spanyol. Perjanjian Kerjasama Batubara (CCA) dengan pemerintah Indonesia ditandatangani pada 2 November 1982, dan Enadimsa memulai eksplorasi di area tersebut pada 1983.