Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah menguat tipis ke Rp14.856 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan, Rabu (7/6/2023) pagi. Mata uang Garuda menguat 4 poin.
Namun, mengutip Bloomberg, kurs rupiah berbalik arah melemah sebanyak 15 poin atau 0,10 persen ke Rp14.875 per dolar AS, pada pukul 09.10 WIB.
Sedangkan pada penutupan perdagangan Selasa, 6 Juni 2023, nilai tukar rupiah menguat sebanyak 30,5 poin atau 0,20 persen ke Rp14.860 per dolar AS.
Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, mengatakan pasar sudah mulai mengantisipasi kemungkinan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) akan menahan suku bunga acuannya. Alhasil, rupiah kemungkinan masih bisa menguat terhadap dolar AS hari ini.
"Menjelang rapat kebijakan moneter AS pekan depan, pasar sudah mulai mengantisipasi," ujarnya.
Kata dia, berdasarkan CME FedWatch Tool, probabilitas jeda kenaikan suku bunga sudah naik ke kisaran 80 persen di pagi ini dibandingkan sebelumnya di kisaran 74 persen.
"Ini mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," tuturnya.
Ariston juga berpendapat, inflasi Mei 2023 jadi sentimen positif buat rupiah. Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Mei lebih rendah, yaitu 0,09 persen dibandingkan bulan sebelumnya 0,33 persen, dan juga lebih rendah dari inflasi bulan Mei 2022 sebesar 0,40 persen.
"Dan prospek pertumbuhan ekonomi di atas lima persen, menambah kepercayaan investor luar untuk masuk ke Indonesia dan ini membantu menjaga nilai tukar rupiah," ujarnya.
Ariston memperkirakan potensi penguatan rupiah ke arah Rp14.800 dengan potensi resisten di kisaran Rp14.900 per dolar AS pada perdagangan hari ini.
Sementara, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini bakal bergerak pada rentang Rp14.830-Rp14.900 per dolar AS, dengan potensi menguat pada penutupan.