Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi rupiah. (dok. BNI)
Ilustrasi rupiah. (dok. BNI)

Intinya sih...

  • Rupiah menguat 46 poin terhadap dolar AS, mencapai Rp16.485 per dolar AS pada penutupan Kamis.
  • Kurs referensi JISDOR BI menunjukkan rupiah menguat dari Rp16.528 menjadi Rp16.481 per dolar AS.
  • Pernyataan dovish dari The Fed membuat rupiah menguat meskipun kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian global masih tinggi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan pada penutupan perdagangan Kamis (20/3/2025).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp16.485 per dolar AS alias menguat 46 poin atau 0,28 persen dibandingkan penutupan hari sebelumnya.

1. Rupiah juga menguat di kurs referensi Bank Indonesia

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI).

Pada Rabu (19/3/2025), rupiah tercatat di level Rp16.528 per dolar AS. Namun, pada Kamis, rupiah menguat menjadi Rp16.481 per dolar AS. Dengan kata lain, rupiah terapresiasi 47 poin.

2. Rupiah menguat berkat sikap terbaru Bank Sentral AS

Pengamat pasar keuangan, Lukman Leong menyatakan rupiah menguat terhadap dolar AS yang melemah setelah Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) memberikan pernyataan dovish.

Dovish adalah sikap kebijakan moneter yang lebih longgar atau cenderung mendukung pemangkasan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

The Fed menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS dan mengisyaratkan kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga tahun ini.

"Rupiah menguat terhadap dolar AS yang melemah setelah kepala The Fed memberikan pernyataan dovish," ujar Lukman.

3. Ketidakpastian global masih membayangi pasar keuangan

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra memaparkan meskipun rupiah menguat, kekhawatiran pasar terhadap ketidakpastian global masih tinggi.

Selain itu, Ariston menyoroti kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump, tetap menjadi faktor yang dapat menekan aset berisiko.

Sementara itu, konflik geopolitik terus membayangi pasar, dengan serangan Israel di Gaza yang masih berlangsung serta prospek penghentian perang di Ukraina yang semakin tidak pasti. Situasi tersebut mendorong investor beralih ke aset aman.

"Harga aset safen emas, masih melambung tinggi, membentuk level tertinggi baru pagi ini di sekitar 3.056 dolar AS per troy ons," tambah Ariston.

Editorial Team