Ilustrasi gudang beras. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Sebagai akibat dari krisis ekonomi, harga beberapa bahan makanan pokok telah meningkat. Bahkan dalam beberapa bulan terakhir, barang-barang seperti gula, bawang, dan kacang lentil telah meningkat harganya.
Sementara itu, setelah naik di bulan Mei, harga beras turun dan terus turun setelah diberlakukannya harga eceran tertinggi sejak awal September.
Peraturan darurat telah memungkinkan pemerintah untuk menyediakan bahan makanan dan kebutuhan lainnya dengan harga yang terkendali dengan membeli stok dari pedagang.
Menanggapi kelangkaan ini, kementerian keuangan negara itu mengatakan bahwa kelangkaan ini adalah hasil dari tindakan tidak bertanggung jawab beberapa oknum.
“Terciptanya kelangkaan buatan oleh oknum-oknum yang tidak bermoral jelas akan menyebabkan kenaikan harga barang-barang tersebut,” ujarnya kepada BBC.
Pemerintah juga telah membantah keras bahwa kelangkaan akan terjadi.
“Kami dapat memberikan jaminan yang pasti dan tegas bahwa semua barang penting akan tersedia setiap saat,” kata kementerian keuangan dalam tanggapannya kepada BBC.
Sementara itu, Menteri Negara Bagian Ajith Nivard Cabraal menyalahkan oposisi atas laporan palsu tentang kekurangan pangan ini.
Di sisi lain, anggota parlemen yang kritis terhadap kebijakan pemerintah mengatakan undang-undang lain untuk memantau penimbunan dan kenaikan harga sudah tersedia dan keputusan untuk menyatakan keadaan darurat dibuat dengan itikad buruk.
“[Krisis] hanyalah manifestasi dari perebutan kekuasaan di mana presiden dan pemerintah tanpa perasaan mempertaruhkan nyawa warga, dengan harapan mengkonsolidasikan kekuasaan,” kata Eran Wickramaratne, dari partai oposisi SJB, di parlemen Sri Lanka.