Menteri Keuangan Sri Mulyani. IDN Times/Hana Adi Perdana
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, ketujuh BUMN tersebut mengalami kerugian yang berbeda-beda. Sebut saja PT Krakatau Steel yang merugi akibat beban keuangan selama konstruksi.
Sementara itu, PT PAL merugi karena meningkatnya beban lain-lain hingga 3 kali lipat akibat kerugian nilai tukar dan kerugian entitas asosiasi. "Sedangkan Bulog terdapat kelebihan pengakuan pendapatan atas penyaluran rastra sehingga Bulog harus melakukan pembebanan koreksi pendapatan di 2018," tuturnya.
Sementara itu PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani mengalami kerugian akibat inefisiensi bisnis. PT DI mengalami kerugian akibat adanya pembatalan kontrak dan order yang tidak mencapai target.
"Sedangkan PT Dok Kodja Bahari merugi akibat beban administrasi dan umum yang terlalu tinggi yakni 58 persen dari pendapatan," tuturnya.