Jakarta, IDN Times - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan perlu adanya penataan ulang terkait distribusi Liquified Petroleum Gas (LPG) atau elpiji 3 kilogram (kg). Distribusi elpiji 3 kg masih belum tepat sasaran meski tingkat konsumsinya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Data Kementerian ESDM menunjukkan, dalam tujuh tahun terakhir konsumsi gas melon melesat hingga 2,9 juta metrik ton (MT). Dari awalnya terdistribusi 6,29 juta MT pada 2017, kini mencapai 8 juta MT pada 2023. Serapan ini pun lebih sedikit di atas kuota elpiji subsidi yang dipatok di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yaitu 8,05 juta MT.
Namun, tren peningkatan konsumsi elpiji 3 kg itu masih belum tepat sasaran utama. Pola distribusi terbuka membuka ruang bagi semua kalangan masyarakat mudah memperoleh komoditas bersubsidi tersebut.
Di sisi lain, masyarakat terlanjur mengenal elpiji 3 kg lebih praktis dan kompetitif. Padahal peruntukan awalnya cuma untuk rumah tangga miskin, usaha mikro kecil (UKM), nelayan, dan petani sasaran. Kondisi tersebut kemudian berimbas pada semakin besarnya belanja negara.
Sepanjang 2023, pemerintah membutuhkan dana sebesar Rp95,6 triliun untuk menjaga daya beli masyarakat agar bisa mengakses Bahan Bakar Minyak (BBM) dan elpiji 3 kg. Pemerintah pun kembali mengalokasikan Rp113,3 triliun untuk kedua subsidi tersebut pada tahun ini.
"Harus ada kebijakan pemerintah bagaimana bisa mengoptimalkan subsidi ini diterima dengan baik untuk masyarakat," kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif di Jakarta, dikutip Minggu (21/1/2024).