Jakarta, IDN Times - Mayoritas warga menilai kondisi perekonomian nasional pada 2021 lebih buruk dibandingkan 2020. Hal itu menjadi salah satu temuan dari survei Saiful Mujani Research Consulting (SMRC) terhadap 1.220 responden yang dipilih secara random.
Survei dilakukan dengan cara tatap muka pada periode 15-21 September 2021. Tingkat kepercayaan terhadap survei ini mencapai 95 persen. Hasil survei menunjukkan 48,7 persen responden mengaku kondisi perekonomian di Tanah Air pada 2021 justru lebih buruk dibandingkan tahun 2020. Padahal, pemerintah pada Agustus 2021 lalu mengumumkan Indonesia berhasil keluar dari resesi dengan tingkat pertumbuhan di kuartal II mencapai 7,07 persen.
Sedangkan jumlah responden yang menilai kondisi perekonomian di Tanah Air pada 2021 membaik dibandingkan 2020, mencapai 26 persen. Sementara, 21,7 persen menilai tidak ada perubahan yang signifikan terhadap kondisi perekonomian di Tanah Air. Artinya, kenaikan pertumbuhan ekonomi belum dirasakan secara merata oleh masyarakat.
Bahkan, persepsi negatif responden terhadap kondisi perekonomian Indonesia yang terus memburuk sejak 2019 lalu meningkat tajam. SMRC mencatat pada Juni 2019 responden yang mengatakan kondisi perekonomian nasional memburuk mencapai 17,5 persen. Lalu, terus meroket tajam hingga 62,5 persen responden mengatakan kondisi ekonomi buruk pada Maret 2021. Persepsi negatif itu kembali turun pada Mei 2021, tetapi naik lagi pada September 2021 menjadi 48,7 persen.
Tetapi, ada temuan positif juga di mana jumlah responden yang memandang kondisi perekonomian nasional membaik kembali meningkat. Bila pada Maret 2021, jumlah responden yang memandang kondisi perekonomian membaik hanya 13,8 persen, maka angka itu melonjak pada Mei 2021 menjadi 25,7 persen lalu naik tipis menjadi 26,0 persen.
Lalu, bagaimana pendapat responden mengenai pendapatan rumah tangga saat ini? Apakah mayoritas mengalami penurunan atau malah naik? Bagaimana pula pendapat responden soal dampak wabah COVID-19 ke dalam pendapatan keuangan mereka?