Layanan angkutan penyeberangan perintis PT ASDP Indonesia Ferry (Persero). (dok. ASDP)
Adapun saat ini BUMN seperti PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) turut terjun dalam memberikan angkutan penyeberangan perintis.
Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero), Shelvy Arifin mengatakan eksistensi layanan ASDP khususnya di Kawasan Timur Indonesia menjadi primadona termasuk di daerah 3TP yang tidak terjangkau akses darat maupun udara.
"Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki banyak pulau-pulau yang terhubung dengan perairan hingga ke wilayah 3T. Karenanya, kehadiran ASDP sangat dinantikan. Konektivitas antarwilayah membuat mobilitas masyarakat dan logistik dapat semakin cepat dan mudah, sehingga menjadi penopang peningkatan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat," ujar Shelvy.
Pada awal tahun ini, ASDP melaksanakan pelayaran perdana Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Arwana pada lintas Maccini Baji-Pulau Sabutung di Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Provinsi Sulawesi Selatan.
Pada Februari lalu, ASDP juga mengoperasikan pelayaran perdana KMP Bahtera Nusantara 03 pada lintas Tanjung Uban-Tambelan-Sintete. Lintas perintis tersebut merupakan rute antarprovinsi yang menghubungkan Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat.
Keberadaan KMP Bahtera Nusantara 03 tersebut melengkapi operasional KMP Bahtera Nusantara 01, yang melayani lintasan Tanjung Uban-Matak, Matak-Midai, Midai-Natuna, Natuna-Subi, Subi-Serasan, dan Serasan-Sintete. Lintasan tersebut menjangkau wilayah terpencil di ujung utara NKRI.
Selain itu, layanan angkutan penyeberangan oleh KMP Bahtera Nusantara 03 juga diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah serta mengurangi disparitas harga bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat khususnya di Kepulauan Riau dan Kalimantan Barat.
Saat ini ASDP melayani segmen layanan perintis sebesar 70 persen dan, segmen komersial sebesar 30 persen. Total armada yang dioperasikan sebanyak 222 unit kapal yang melayani 311 lintasan dengan rincian segmen komersial sebanyak 131 unit kapal (59 persen), yang melayani 89 lintasan (28,6 persen) dan segmen perintis sebanyak 91 unit kapal (41 persen) yang melayani 222 lintasan (71,4 persen).
Lintasan perintis dengan porsi 71,4 persen itu menyumbang 20 persen pendapatan dan lintasan komersial dengan porsi 28,6 persen, memberikan kontribusi pendapatan sebesar 80 persen.
"Dengan adanya layanan kapal perintis tersebut maka disparitas harga antara kota-kota di Pulau Jawa dengan Indonesia bagian timur dapat semakin ditekan dengan maksimal," ujar Shelvy.