Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyebutkan, investor masuk ke instrumen dolar AS saat ini terutama dipicu oleh antisipasi terhadap data Personal Consumption Expenditures Price Index (PCE) AS yang akan dirilis Jumat ini.
Data tersebut menjadi tolak ukur utama inflasi bagi bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed), diperkirakan akan memengaruhi keputusan bank sentral terkait suku bunga. Data PCE diperkirakan akan menunjukkan penurunan inflasi sedikit pada Mei, meskipun masih tetap tinggi di atas target tahunan Federal Reserve sebesar 2 persen.
Inflasi yang stabil memberikan Federal Reserve lebih banyak ruang untuk mempertahankan suku bunga tinggi dalam jangka waktu lebih lama, yang dapat berdampak negatif terhadap harga emas dan logam mulia.
Selain itu, komentar hawkish dari pejabat Federal Reserve belakangan ini juga meningkatkan ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga.
“Suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan biaya peluang (opportunity cost) dalam berinvestasi pada aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding), dan membuat para pedagang menjadi lebih bias terhadap dolar dan utang AS,” ujarnya.