Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra menyebut, penguatan rupiah didukung oleh data ekonomi AS yang menunjukkan stabilitas. Data indeks harga barang impor dan penjualan ritel AS untuk periode Juni tidak mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya.
Hal itu mengindikasikan potensi inflasi tinggi di AS berkurang, membuka peluang bagi Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan.
Dengan meningkatnya sentimen pemangkasan suku bunga acuan di AS, Ariston memperkirakan Bank Indonesia (BI) kemungkinan besar tidak akan menaikkan suku bunga acuannya.
Langkah tersebut diharapkan dapat menjaga stabilitas nilai tukar rupiah tanpa menimbulkan efek samping yang dapat memperlambat laju ekonomi.
“Dengan sentimen pemangkasan suku bunga acuan AS yang meningkat belakangan ini, kemungkinan BI tidak akan menaikan suku bunga acuannya untuk menjaga nilai tukar rupiah hari ini, karena kenaikan suku bunga bakal menimbulkan efek samping yaitu melambatkan ekonomi,” tutur Ariston.