Menurut Ariston, pimpinan Bank Sentral AS wilayah mineapolis, Neel Kaskhari, mengungkapkan adanya peluang suku bunga acuan AS dinaikan lagi untuk menurunkan inflasi. Hal ini mengacu pada indikator seperti tingkat imbal hasil obligasi AS.
"Bahkan, indeks dolar AS masih mendukung ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS," kata Ariston.
Selain itu, harga minyak mentah dunia yang masih di atas 90 dolar per barel. Kondisi ini memberikan kekhawatiran tersendiri ke pelaku pasar.
"Harga minyak yang tinggi menjadi ancaman untuk inflasi global lebih tinggi dan bisa mendorong pelambatan ekonomi. Sehingga, pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan masuk ke aset aman dolar AS," ujar Ariston.
Bahkan, kenaikan harga minyak dunia akan berdampak pada Indonesia karena merupakan importir minyak.
"Indonesia, ini meningkatkan kebutuhan dolar AS yang bisa memicu penguatan dolar terhadap nilai tukarnya," jelasnya.