(Ilustrasi lockdown) IDN Times/M. Tarmizi Murdianto
Sebelumnya diberitakan, banyak pihak telah mendesak pemerintah menerapkan lockdown secara menyeluruh. Desakan pertama datang dari Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban.
"Saran saya. Lebih bijaksana bagi Indonesia untuk terapkan lockdown selama dua minggu. Untuk apa? Memperlambat penyebaran, meratakan kurva, menyelamatkan fasilitas kesehatan, dan yang pamungkas: menahan situasi pandemi jadi ekstrem yang akan membahayakan lebih banyak nyawa," cuitnya di akun Twitter @profesorzubairi yang sudah dikonfirmasi IDN Times, Senin (21/6/2021).
Selain IDI, Komunitas Lapor COVID-19 telah menginisiasi petisi yang ditujukan kepada Jokowi untuk segera menerapkan karantina wilayah atau lockdown. Ribuan orang dari beragam latar belakang pun sudah meneken petisi dan surat terbuka tersebut.
"Bapak Jokowi yang bijak, dalam situasi darurat kesehatan publik seperti sekarang, bukan waktunya memikirkan ekonomi. Cukup berhenti sementara memikirkan hal-hal tersebut dalam kurun waktu tiga bulan ke depan dan konsentrasi penuh menyelesaikan masalah pandemi," demikian bunyi surat terbuka yang diunggah oleh Lapor COVID-19 di akun media sosialnya sejak Jumat, 18 Juni 2021 lalu.
Ekonom senior, Faisal Basri tak ketinggalan mengkritik pemerintah yang tidak memberlakukan lockdown sejak awal pandemik COVID-19 melanda Indonesia. Menurut Faisal, ongkos dari kebijakan tersebut tidak akan semahal anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang nilainya mencapai hampir Rp700 triliun.
"Kalau kita bayangkan lockdown dilakukan di awal, dulu Jakarta kita kunci. 3 minggu lah ya, kira-kira anggarannya nggak sampai Rp100 triliun," kata Faisal dikutip dari channel YouTube CISDI TV, Senin (21/6/2021).
Untuk saat ini, Faisal menilai lockdown bisa diprioritaskan pada pulau-pulau yang jumlah penduduknya besar. Pemerintah bisa kembali mengoptimalkan relokasi anggaran untuk penanganan tersebut.
"Kita lihat Kemenhan anggarannya di atas Rp100 triliun, infrastruktur bisa ditunda, pemindahan ibu kota bisa ditunda.Kalau di situasi sekarang sekalipun dana sulit masih bisa tergantung political will, asal ekonominya difokuskan untuk membiayai dampak dari pengetatan mobilitas sosial," imbuh dia.