Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri BUMN, Erick Thohir usai menghadiri di Pembukaan Masa Persidangan I Tahun 2022-2023 di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (16/8/2022). (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Jakarta, IDN Times - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir membentuk PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) guna merevitalisasi industri gula nasional. Hal itu juga dilakukan sebagai upaya mendukung ketahanan pangan dan energi yang digaungkan oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo.

PT SGN merupakan wujud dari akselerasi transformasi bisnis di PTPN Group Holding yang berasal dari penggabungan aset-aset perusahaan perkebunan tebu milik PTPN Group, yakni PTPN II, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV.

Integrasi PTPN Group melalui pembentukan PT Sinergi Gula Nusantara, PT Sinergi Sawit Nusantara, dan PT Aset Manajemen Nusantara ini sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 9 Tahun 2022 tentang Perubahan Daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).

“Transformasi dari PTPN sejatinya sudah berjalan dengan baik dan pembentukan PT Sinergi Gula Nusantara, PT Sinergi Sawit Nusantara, dan PT Aset Manajemen Nusantara merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional yang terus dikawal oleh pemerintah. Ini merupakan komitmen dari negara untuk memastikan bahwa ketiga proyek tersebut dapat berjalan dengan baik,” ujar Erick dalam keterangan resmi yang diterima IDN Times, Selasa (11/10/2022).

1. SGN bakal jadi perusahaan gula terbesar di Indonesia

Produk Gula Manis Kita Bulog (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Erick menambahkan, sebagai entitas tunggal dari 36 pabrik gula (PG) milik PTPN Group, PT SGN nantinya bakal menjadi perusahaan gula terbesar di Indonesia dengan proyeksi perluasan lahan hingga 700 ribu hektare pada 2028 nanti.

Dengan luasan tersebut, PT SGN diharapkan mampu menguasai 60 persen hingga 70 persen pasar gula nasional pada periode itu.

“Kita harapkan PT SGN ini bisa memenuhi kebutuhan gula nasional dan kesejahteraan petani harus menjadi bagian karena pembukaan 700 ribu hektare lahan ini bukan hanya lahan PTPN saja, tetapi juga bekerja sama dengan petani,” kata Erick.

2. Targetkan swasembada gula nasional

Ilustrasi gula pasir (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Lebih lanjut Erick menjelaskan, revitalisasi Industri Gula Nasional yang dilakukan PT SGN termasuk melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi on farm maupun off farm.

Dengan demikian, PT SGN diharapkan bisa mewujudkan swasembada gula konsumsi nasional pada 2028 dan gula konsumsi industri pada 2023.

Asal tahu saja, produksi gula kristal putih (GKP) Nasional adalah sebanyak 2,35 juta ton dengan kebutuhan konsumsi gula nasional sebesar 3,12 juta ton pada 2021.

Dengan demikian, sisa kebutuhan gula nasional terpaksa harus dipenuhi melalui impor sebesar 1,04 juta ton setara GKP.

"Untuk itu, pembentukan PT SGN merupakan solusi untuk percepatan swasembada gula konsumsi, peningkatan kesejahteraan petani tebu dan juga menjaga stok gula konsumsi untuk stabilisasi harga," ucap Erick.

3. PT SGN diharapkan wujudkan kedaulatan energi

Tebu sebagai pengganti squalane minyak hati hiu yang lebih ramah lingkungan. Ilustrasi (unsplash.com/Victoria Priessnitz)

Di sisi lain, PT SGN juga diproyeksikan untuk mewujudkan kedaulatan energi melalui bioethanol berbasis tanaman tebu yang mampu memberikan kontribusi terhadap Biofuel sebagai energi baru terbarukan (EBT).

“Kita harus memastikan juga agar PT SGN ini bisa memproduksi bioethanol agar ke depan ini bisa menjadi solusi untuk menyelesaikan permasalahan impor BBM. Sebagai laporan, kita juga sudah melakukan benchmarking dengan negara Brasil, di mana mereka telah
berhasil mendorong turunan gula menjadi bioethanol. Kalau negara lain bisa kenapa Indonesia tidak bisa,” tutur Erick.

Sejalan dengan peningkatan produktivitas gula yang dilakukan PT SGN pada masa mendatang, produksi bioetanol berbasis tebu yang memberikan kontribusi nyata pada biofuel diharapkan dapat turut meningkat.

“Kita targetkan untuk bisa menghasilkan 1,2 juta kiloliter minyak mentah (tahun 2030). Oleh karena itu, kehadiran Pertamina untuk menjadi off taker menjadi penting supaya bisa dipastikan bahwa apa yang menjadi kebutuhan petani dan gula nasional berkesinambungan dengan kebutuhan energi nasional dengan mencampur bioethanol ke BBM dan menciptakan BBM ramah lingkungan seperti yang kita saksikan di Brasil,” beber eks Presiden Inter Milan tersebut.

Editorial Team