Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Starbucks (instagram.com/starbucksindonesia)

Intinya sih...

  • Starbucks di Timur Tengah akan PHK lebih dari 2 ribu pekerja, sekitar 4 persen dari total tenaga kerja perusahaan.
  • PHK massal disebabkan oleh kondisi perdagangan menantang akibat aksi boikot produk yang diduga terafiliasi dengan Israel.
  •  

Jakarta, IDN Times - Starbucks di kawasan Timur Tengah dilaporkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap lebih dari 2 ribu pekerja. Jumlah ini sekitar 4 persen dari total tenaga kerja perusahaan.

Starbucks di Timur Tengah dioperasikan AlShaya Group, perusahaan ritel raksasa di kawasan tersebut. Adapun total tenaga kerja AlShaya mencapai 50 ribu orang yang sebagian besar bekerja di waralaba Starbucks wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.

1. Aksi boikot Starbucks menjadi pemicu PHK

Instagram.com/boycott_israel_

Dalam keterangan resmi AlShaya, perusahaan menyatakan, keputusan PHK massal harus diambil karena perusahaan menghadapi kondisi menantang dalam enam bulan terakhir, akibat adanya aksi boikot produk yang diduga terafiliasi dengan Israel.

“Sebagai akibat dari kondisi perdagangan yang terus menantang selama enam bulan terakhir, kami telah mengambil keputusan yang menyedihkan dan sangat sulit untuk mengurangi jumlah kolega di gerai Starbucks MENA (Middle East and North Africa) kami,” tulis Alshaya dalam sebuah pernyataan dilansir Gulf News, Rabu (6/3/2024).

2. Aksi boikot produk-produk negara yang diduga terafiliasi Israel berdampak besar

Pendistribusian bantuan kemanusiaan kepada warga Gaza di tengah konflik Hamas dan Israel. (twitter.com/@UNRWA)

Seruan boikot terhadap produk dari perusahaan-perusahaan barat yang diduga terafiliasi Israel dirasakan hampir di seluruh dunia.

Aksi boikot dilakukan secara masif seiring dengan berlanjutnya perang Gaza yang dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu.

3. Starbucks menepis isu beri dukungan ke Israel

Gaeul Ive mengunggah foto Starbucks (instagram.com/fallingin__fall))

Setelah boikot tersebut, Starbucks pada Oktober lalu menyatakan mereka organisasi nonpolitik. Merek kopi asal Amerika Serikat (AS) itu juga menepis rumor mereka telah memberikan dukungan kepada pemerintah atau tentara Israel.

Pada Januari 2024, Starbucks menyatakan perang Israel dengan Palestina telah merugikan bisnisnya di wilayah Timur Tengah. Perusahaan mencatatkan penjualan pada kuartal I-2024 di bawah ekspektasi.

Editorial Team