Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times / Auriga Agustina

Jakarta, IDN Times - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memberkan alasan kenapa ia sering kali merombak jajaran direksi dan komisaris perusahaan BUMN. Salah satunya, banyak direksi BUMN yang tidak mengikuti aturan
good corporate governance (GCG). Misalnya, rekayasa laporan keuangan.

"Window dressing laporan keuangan. Itu bisa masuk tindakan kriminal apalagi kalau window dressing ini terus-terusan, abis bawahnya keliatan untung tapi gak ada cashnya hanya bagi buat gaji bonus saja," katanya di Kementerian BUMN, Jumat (10/1).

1. BUMN yang memoles laporan keuangan malah terbitkan utang baru

IDN Times / Auriga Agustina

Menurut Erick yang lebih bermasalah, perusahaan BUMN yang memoles laporan keuangan malah menerbitkan utang baru dan ketika jatuh tempo menjadi fraud.

"Ini ada lagi yang terbitkan utang baru. Mekanisme gak pakai bank tapi surat utang yang lebih mudah, dibikin proyek, disuntik perusahaan yang gak feasible, MTN jatuh tempo 2020 ini fraud bukan. Ini contoh (masalahnya), tapi hal itu bisa saja mereka kita ganti," ujarnya.

2. KPI tak tercapai menjadi alasan Erick Thohir mencopot direksi atau komisaris

IDN Times / Auriga Agustina

Selanjutnya ia menuturkan, key performance indicator (KPI) jajaran direksi dan komisaris yang tidak tercapai juga menjadi salah satu alasan Erick Thohir sering melakukan bongkar pasang petinggi perusahaan BUMN.

"Kalau tidak selesai ada catatan apa karena KPI tidak sampai target," tuturnya.

3. Erick tak ingin direksi dan komisaris perusahaan pelat merah terus di bongkar pasang

IDN Times / Auriga Agustina

Kendati begitu, Erick menjelaskan ia tidak ingin terjadi lagi bongkar pasang direksi dan komisaris di perusahaan BUMN, agar kinerja BUMN lebih stabil.

"Mana ada kestabilan kalau kepemimpinannya gonta-ganti tiap 5 tahun, kalau bisa selesai," ujarnya.

Editorial Team