Ilustrasi neraca perdagangan. (IDN Times/Mardya Shakti)
Terkait forum INA-LAC dengan negara-negara Amerika Latin dan Karibia, Dubes Ngurah mengatakan bahwa acara ini sudah diselenggarakan tiga kali sejak 2019. Di mana pada tahun pertamanya diadakan secara langsung.
“Itu dilakukan secara physical karena belum ada COVID waktu itu. Nah pada tahun lalu kita selenggarakan hybrid. Total bisnis hybrid lebih dari 100 persen lebih besar daripada dilakukan saat physical,” jelas Dubes Ngurah.
Ia juga menjelaskan bahwa sebagai negara ekonomi terbesar di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki potensi yang sangat signifikan untuk bisa memanfaatkan perekonomian di Amerika Latin dan Karibia.
“Kalau kita lihat secara total GDP Amerika Latin dan Karibia mencapai sekitar lebih dari 4 triliun dolar AS. Indonesia sendiri lebih dari 1 triliun dolar AS. Ini kita bisa dimanfaatkan,” katanya.
Menurut penjelasan Dubes Ngurah, pada 2020 nilai ekspor Indonesia ke Amerika Latin dan Karibia adalah sekitar 3,16 miliar dolar AS. Sementara nilai impornya 5,1 miliar dolar AS.
“Jadi memang dengan 33 negara di Amerika Latin dan Karibia kita masih mengalami defisit. Namun kalau kita melihat secara individual country, kita juga melihat peningkatan yang sangat signifikan meskipun dari segi nilai tidak besar tetapi dari segi persentase cukup signifikan,” katanya.
Ia menambahkan bahwa komoditas utama perdagangan masih minyak nabati, kendaraan (spare part dan kendaraan utuh), elektronik, karet, hingga alas kaki.
“Alas kaki ini terus mengalami peningkatan yang signifikan, sementara impor utama adalah pakan ternak, gula, kapas, coklat, yang memang dibutuhkan di Indonesia,” katanya.