Ilustrasi listrik (IDN Times/Arief Rahmat)
Biro Statistik Nasional Tiongkok pada Rabu mengatakan bahwa krisis listrik yang terjadi telah menyebabkan perlambatan pertumbuhan aktivitas pabrik di Tiongkok pada bulan Juni.
Krisis energi ini adalah yang terburuk di Tiongkok sejak 2011. Pada tahun itu kekeringan dan lonjakan harga batu bara mendorong 17 provinsi atau wilayah untuk menghemat penggunaan listrik. Pembangkit listrik enggan menghasilkan banyak listrik karena batu bara yang mereka bakar mahal. Di sisi lain, pemerintah Tiongkok mengendalikan harga listrik di negara itu, sehingga produsen tidak bisa begitu saja menaikkan
Saat ini, batubara masih digunakan dalam menghasilkan sekitar 60 persen listrik Tiongkok.
Yan Qin, analis karbon utama untuk Refinitiv, mengatakan bahwa kekurangan tersebut dapat memberikan pukulan yang dapat membuat pemulihan ekonomi Tiongkok yang lemah terganggu. Hal ini juga dapat menimbulkan masalah tambahan pada rantai pasokan global yang sudah kesulitan di tengah pandemik. “Penjatahan listrik pasti akan merugikan ekonomi,” kata Yan Qin.
Keterbatasan listrik dapat mengurangi output di hampir setiap sektor ekonomi, termasuk industri konstruksi dan manufaktur utama. Menurut Biro Statistik Nasional, bisnis semacam itu menggunakan hampir 70 persen listrik Tiongkok tahun lalu, tapi juga telah menjadi pendorong utama pemulihan pada 2021.